Business

Ads Top

Kisah Hidup Sang 'Peti Rahasia' Rasulullah [saw], Abdullah bin Mas’ud



Abdullah bin Mas’ud atau sering di panggil Ibnu Mas’ud adalah orang yang pertama kali mengumandangkan al-Qur’an dengan suara merdu. Diriwayatkan, sebelum Rasulullah [saw] masuk ke rumah Arqam, beliau juga telah beriman dan merupakan orang keenam yang masuk islam dan mengikuti rasulullah [saw]. dengan demikian, ia termasuk orang golongan pertama yang masuk islam.

Pertemuan awal dengan rasulullah [saw].
untuk cerita tentang pertemuan pertamanya dengan rasulullah [saw]. ia berkata, “ketika saya masih remaja dan tengah menggembalakan kambing kepunyaan ‘uqbah bin mu’aith, tiba-tiba  datanglah rasulullah [saw]. bersama abu bakar. Belia bertanya, ‘hai, nak. Apakah kamu punya susu untuk kami minum?’

“saya menjawab, ‘saya orang kepercayaan.oleh karna itu saya tidak dapat memberi anda minumam!’

“maka rasulullah [saw]. berkata lagi, “apakah kamu mempunyai kambing betina mandul yang belum dikawini oleh yang kambing jantan?”

“saya menjawab, ‘ada.’ Lalu, saya membawakan kambing yang dimaksud kepada keduanya. kaki kambing itu kemudian diikat oleh rasulullah [saw]. lalu disapu susunya sambil memohon kepada allah swt., tiba-tiba, dari susu itu keluar banyak cairan. Kemudian, abu bakar mengambil sebuah batu cembung yang di gunakan rasulullah [saw]. untuk menampung perahan air susu.  lalu, abu bakar meminumnya, begitu juga saya. Setelah itu, rasulullah [saw]. berkata, ‘kempislah!’, maka susu itu menjadi kempis.

“setelah peristiwa itu, sayapun mendatangi rasulullah [saw]. dan berkata,’ ajarkanlah kepadaku kata-kata tersebut!’ rasulullah [saw]. menjawab,’ engkau akan menjadi seorang anak terpelajar!”

Memperdengarkan suara merdu di hadapan kaum Quraisy
alangkah herannya ibnu mas’ud ketika menyaksikan seoranghamba allah yang shalih telah memohon kepada tuhannya sambil menyapukan tangannya ke susu hewan yang belum pernah ber air selam ini. dan, lebih takjub lagi ketika kambing tersebut mengeluarkan air susu murni yang nikmat di minum!

Pada saat itu, beliu belum menyadari bahwa peristiwa yang baru saja di saksikannya itu bisa di bilang mukjizat paling enteng dan tidak begitu berarti. Ketika itu, ibnu mas’ud kecil belum mengetahui bahwa tidak lama lagi rasulullah [saw] akan mempertunjukkan suatu mukjizat yang kelak akan mengguncang dunia dan seisinya, serta memenuhinya dengan petunjuk dan cahaya.

Bahkan, pada saat itu juga, belum di ketahui bahwa kelak dirinya akan berperan besar dalam penyebaran dan perkembangan agama luhur yang dibawa oleh rasulullah [saw]. ia tidak pernah mengira bahwa dirinya hanya seorang remaja lemah dan lagi miskin, yang hidup menerimah upah sebagai penggembala kambing milik ‘uqbah bin mu’aith, kalak akan di tempa oleh ajaran islam sehingga menjadi orang yang luar biasa beriman. Sungguh, tidak pernah terpikir dalam benaknya, ibnu mas’ud kecil itu kelak akan mengalahkan kesombongan orang-orang kuraisy dan menaklukkan kesewenang-wenangan para pemukanya.

Setelah mendengar langsung ayat-ayat suci yang di lantunkan rasulullah [saw]. ibnu mas’ud mulai mempertunjukkan keahliannya dalam membela agama allah swt. ibnu mas’ud, yang selama ini tidak berani lewat dihadapan salah seorang pembesar quraisy kecuali dengan berinjik dan menundukkan kepala, kelak di kemudian hari akan tampil dengan gagah berani didepan para majelis disisi bangunan ka’bah. Ketika semua pemimpin dan pemuka quraisy duduk berkumpul di sana, tiba-tiba ia berdiri di hadapan mereka dan mengumandangkan suaranya yang merdu dalam melantunkan wahyu-wahyu suci ilahi,al-qur’anul karim.
bismillaahir rahmaani rahiim. Allah yang maha rahman, yang telah mengajarkan al-qur’an, menciptakan insan, dan menyampaikan kepadanya penjelasan. Matahari dan bulan bereedar menurut perhitungan, sedangkan bintang dan kayu-kayuan bersujud kepada allah swt.” kata ibnu mas’ud saat memperdengarkan potongan ayat suci lewat suaranya yang merdu.

Menantang para pemuka suku Quraisy
Pemuka-pemuka kuraisy terpesona dengan suara merdu ibnu mas’ud. Mereka tidak percaya akan pandangan mata dan pendengaran telinga mereka. Tak tergambar betapa kaget dan kalutnya pikiran mereka. Bagaimana tidak? dahulu, orang yang sedang menantang kekuasan mereka ini tidak lebih dari seorang upahan di antara mereka. Ia yang hanya dari seorang penggembala kambing dari salah seorang bangsa quraisy dan orang miskin yang hina dina, kini bisa mempertunjukkan lantunan ayat-ayat suci dengan begitu memukau.

Mengenai bagaimana jalannya kejadian ini, marilah kita simak keterangan yang di tuturkan oleh zubair yang saat itu ikut menyaksikan sendiri betapa ibnu mas’ud berhasil memukau para pembesar quraisy lewat kata-katanya nan indah. Zubair berkata, yang mula-mula mendasarkan al-qur’an di mekkah setelah rasulullah [saw]. adalah ibnu mas’ud. Pada suatu hari, para sahabat rasulullah [saw]. tengah berkumpul. Mereka berkata,’demi allah, orang-orang quraisy belum lagi mendengar sedikitpun al-qur’an ini di baca dengan suara keras dihadapan mereka. Nah, siapa diantara kita yang siap memperdengarkannya kepada mereka?’
“mka ibnu mas’ud pun berkata, ‘saya.’

“para sahabat berkata lagi,’kami khawatir akan keselamatan dirimu! Yang kami inginkan adalah seorang laki-laki yang mempunyai kerabat,sehingga mampu mempertahankan dirinya dari orang-orang itu jika mereka bermaksud jihat.’ Tapi, ibnu mas’ud tetap bersikeras dan berkata,’biarkanlah saya allah pasti membela.’

“maka, datanglah ibnu mas’ud kepada kaum kuraisy di waktu dhuha, yakni ketika mereka sedang berada di balai pertemuan. Ia kemudian berdiri dipanggung, membaca bismillaahir rahmaani rahiim, dan membacakan potongan ayat al-qur’an dengan mengerakannya suaranya. Sambil menghadap kepada mereka, di teruskanlah bacaannya. Mereka memperhatikan ibnu mas’ud sambil bertanya dengan sesamanya,’apa yang di bacakan oleh anak si ummu ‘ abdin itu? Sungguh, yang di bacanya itu yang di baca muhammad!”
“mereka kemudian bangkit dan memukulinya, sedangkan ibnu mas’ud terus membaca ayat suci sampai batas yang di kehendaki allah. Setelah itu, dengan muka dan tubuh yang babak belur, ia bembali kepada para sahabat. Kata meraka,’inilah yang kami khawatirkan tentang dirimu!’

“ibnu mas’ud kemudian berkata, sekarang ini, tak ada yang lebih mudah bagiku dari menghadapi musuh-musuh allah itu! Dan, seandainya tuan-tuan mengkehendaki, saya akn mendatangi merek lagi dan berbuat sama esok hari!’ para sahabat pun menjawab, ‘cukuplah demikian! Kamu telah membacakan kepada mereka hal yang menjadi tabuh bagi mereka!”
Menampung tuju puluh hadis Rasulullah [saw]
Kisah Ibnu Mas’ud yang berani berdiri di depan kaum Quraisy sambil memperdengarkan  suara merdunya melalui ayat suci ini merupakan mukjizat dari Rasulullah [saw]. eliau diangkat derajatnya dari seorang buruh miskin dan terlunta-lunta menjadi salah satu golongan sahabat yang dmuliakan. Dilihat dari segi harta, beliau memang tak punya apa-apa untuk dibanggakan. Tentang perawakannya, ia hanya remaja kecil dan kurus. Apalagi dari soal pengaruh, ia hanya seorang dari golongan miskin. Namun demikian, Allah [swt] telah mneganugerahkan rahmat keimanan yang lebih mewah dari perbendaharaan Kisra dan ismpanan Kaisar kepadanya.

Sebagai penyeimbang atas tubuhnya yang kurus jasamninya yang lemah, ia dianugerahiNya kemauan sekuat baja yang kelak dapat menundukkan para penguasa, sekaligus membawanya ikut ambil bagian dalam mengubah jalan sejarah. Sedangkan, untuk mengimbangi nasibnya yang terlunta-lunta, Islam telah melimpahinya ilmu pengetahuan, kemuliaan, serta ketetapan yang menamilkannya sebagai salah seorang tokoh terkemuka dalam sejarah kemanusiaan.

Sungguh, tidak meleset kiranya Rasulullah [saw] sempat mengatakan bahwa Ibnu Mas’ud akan menjasi seorang pemuda terpelajar. Pemuda tekun ini telah diberi pelajaran oleh Tuhannya, hingga ia bisa menjadi faqih atau ahli hukum bagi umat Rasulullah [saw] di samping sebagai tulang punggung para huffadh al-Qur’anul Karim.

Mengenai dirinya, ia pernah berkata, “saya telah menampung 70 surat al-Qur’an dengan mendengarnya langsung dari Rasulullah [saw]. tiada seorang pun yang dapat menyaingiku dalam hal ini.”

Dengan tekun dan pantang takut, beliau menyebarluaskan ayat-ayat suci itu hingga ke pelosok kota Makkah ketika siksaan dan penindasan terhadap umat Islam tengah merajalela. Atas keberaniannya mempertaruhkan nyawanya dalam mengumandangkan al-Qur’an secara terang-terangan itu, Allah [swt] menganugerahinya bakat istimewa dalam mendaraskan bacaan Al-Qur’an, sekaligus kemampuan luar biasa dalam memahami arti dan maksudnya.

Bacaan al-Qur’annya disenangi oleh Rasulullah [saw]
Rasulullah [saw] sendiri telah berwasiat kepada para sahabat agar mengambil Ibnu Mas’ud sebagai teladan. Rasulullah [saw] bersabda, “berpegang teguhlah pada ilmu yang diberikan oleh Ibnu Ummi ‘Abdin!”

Diwasiatkan pula agar mencontoh bacaannya dan mempelajari cara membaca al-Qur’an dari padanya. Rasulullah [saw] bersabda, “barang siapa yang ingin membaca al-Qur’an tepat seperti diturunkannya hendaklah ia membaca seperti Ibnu Ummi ‘Abdin!”

Sungguh telah lama Rasulullah [saw] menyenangi bacaan al-Qur’an yang keluar dari mulut Ibnu Mas’ud. Hal ini tercermin ketika suatu hari Rasulullah [saw] memanggil Ibnu Mas’ud seraya berkata, “bacakanlah kepadaku, hai Abdullah!” dengan ragu, Ibnu Mas’id menjawab, “haruskah aku membacakannya kepada anda, wahai Rasulullah?” rasulullah [saw] menjawab, “saya ingin mendengarnya dari mulut orang lain.”

Maka, Ibnu Mas’ud pun membaca surat an-Nisaa’, hingga sampailah ia pada ayat 41 dan 42.
41. Maka Bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu.
42. di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah dan mereka tidak dapat Menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadianpun.

Maka seketika itu juga Rasulullah [saw] tidak dapat menahan tangisnya. Air matanya tumpah. Dan dengan tangannya, beliau mengisyaratkan kepada Ibnu Mas’ud untuk menghentikan bacaan tersebut.

Di lain waktu, Ibnu Mas’ud juga pernah menyebut-nyebut karunia besar yag telah diberikan Allah [swt]. ia berkata, “tidak satu pun dari al-Qur’an itu yang diturunkan, kecuali aku mengetahui mengenai peristiwa apa yang diturunkannya. Dan tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang kitab Allah daripada aku. Dan sekiranya aku tahu bahwa ada seorang yang dapat dicapai dengan berkendaraan unta dan ia lebih tahu tentang Kitabullah dari padaku, pastilah aku akan menemuinya. Tetapi, aku bukanlah yang terbaik diantaramu!”

Keistimewaan Ibnu Mas’ud ini juga telah diakui oleh para sahabat. Amirul Mukminin, Umar bin Khathab, pernah memuji sahabat kebanggaan Rasulullah [saw] ini dengan berujar, “sungguh ilmu tentang fiqh berlimpah-limpah.” Abu Musa al-Qur’an  Asy’ari pun berkata, jangan tanyakan kepada kami sesuatu masalah selama kiai ini berada pada tuan-tuan!”

Tak hanya keunggulannya dalam al-Qur’an dan ilmu fiqh saja yang patut memperoleh pujian, tetapi juga dalam hal keshalihan dan ketakwaan. Hudzaifah berkata, “tidak seorang pun saya melihat yang lebih mirip Rasulullah [saw], baik cara hidup, perilaku, dan ketenangan jiwanya, daripada Ibnu Mas’ud. Dan orang-orang yang dikenal dari sahabat-sahabat Rasulullah [saw] mengetahui bahwa putra Ummi ‘Abdin adalah yang paling dekat kepada Allah!”

Pribadi yang paling dekat dengan pribadi Rasulullah [saw]
Pada suatu hari, serombongan sahabat berkumpul di depan Ali. Lalu, mereka berkata, “wahai Amirul Mukminin, kami tidak melihat orang yang lebih berbudi pekerti, lebih lemah lembut dalam mengajar, begitu pun yang lebih baik pergaulannya, dan lebih shalih daripada Ibnu Mas’ud!”

Ali pun menjawab, “saya minta tuan-tuan bersaksi kepada Allah, apakah ini betul-betul tulus dari hati tuan-tuan?”

“benar,” ujar mereka hampir serempak.

Kata Ali, “ya Allah, saya mohon Engkau menjadi saksinya, saya berpendapat mengenai dirinya seperti apa yang mereka katakan itu, atau lebih baik dari itu. Sungguh, telah dibacanya al-Qur’an. Maka dihalalkannya barang yang halal dan diharamkannya barang yang haram bagi seseorang yang ahli dalam soal keagamaan dan luas ilmunya tentang as-Sunnah!”

Suatu waktu yang lain, sahabat dijumpai tengah memperbincangkan pribadi Ibnu Mas’ud. Mereka berkata, “sungguh, sementara kita terhalang, ia diberi restu. Sementara kita bepergian, ia menyaksikan tingkah laku Rasulullah [saw].” maksud mereka adalah Inu Mas’ud beruntung mendapat kesempatan berdekatan dengan Rasulullah [saw], sesuatu hal yang jarang didapat oleh orang lain. Ia lebih sering masuk ke rumah Rasulullah [saw] dan menjadi teman duduknya. Terlebih, ia adalah tempat Rasulullah menumpahkan keluhan dan mempercayakan rahasianya, hingga ia diberi gelar Peti Rahasia.

Dalam hal ini, Abu Musa al-Asy’ari berkata, “sungguh, setiap saya melihat Rasulullah [saw] pastilah Ibnu Mas’ud berada menyertainya.” Hal ini dikarenakan Rasulullah [saw] amat menyayanginya, terutama karena keshalihan, kecerdasan, serta kebesaran jiwanya. Rasulullah [saw] sendiri pernah bersabda, “seandainya saya hendak mengangkat seorang sebagai amir tanpa musyawarah dengan kaum muslimin tentulah yang saya angkat itu Ibnu Ummi ‘Abdin.”

Status kesayangan dan kepercayaan inilah yang memungkinkannya untuk bergaul dekat dengan Rasulullah [saw], hingga ia memperoleh hak yang tidak didapat oleh sahabat-sahabat lain. Suatu hari, Rasulullah [saw] pernah berkata kepada Ibnu Mas’ud, “saya kamu bebas dari tabir hijab.!” Perkataan ini merupakan lampu hijau bagi Ibnu Mas’ud untuk masuk rumah Rasulullah [saw] kapan saja, baik siang maupun malam. Ibnu Mas’ud adalah sedikit di antara para sahabat yang diperbolehkan berkunjung ke rumah Rasulullah [saw]. mungkin, keleluasaan inilah yang dimaksud oleh para sahabat lainnya ketika mereka berkata, “sementara kita terhalang, ia diberi izin. Dan, sementara kita bepergian, ia menyaksikan.” Ibnu Mas’ud memang berhak dan pantas memperoleh keistimewaan ini.

Sangat menghormati Rasulullah [saw]
Betapapun besar manfaat yang ia peroleh karena telah menjadi orang kepercayaan Rasulullah [saw], Ibnu Mas’ud tidak berubah kecuali semakin bertambah khusyuk dalam beribadah dan semakin hormat serta sopan kepada junjungannya.

Mungkin, gambaran yang paling tepat untuk meluksikan akhlak beliau ialah sikapnya ketika menyampaikan hadits dari Rasulullah [saw] setelah wafatnya. Walaupun Ibnu Mas’ud jarang menyampaikan hadits Rasulullah [saw], tetapi setiap kali ia menggerakkan kedua bibirnya untuk mengatakan bahwa ia mendengar hadits dan sabda Rasulullah [saw], maka saat itu juga tubuhnya gemetar hebat dan tampak gugup serta gelisah. Hal ini dikarenakan ia takut alpa hingga keliru menaruh kata-kata.

Kecenderungan unik Ibnu Mas’ud ini diakui oleh teman-temannya yang melihat langsung saat ia mengalami gejala-gejala tersebut. Dalam hal ini, ‘Amar bin Maimunah berkata, “selama setahun saya bolak-balik ke rumah Ibnu Mas’ud, saya tidak pernah mendengar ia menyampaikan hadits dari Rasulullah [saw] kecuali sebuah hadits yang dismapaikannya pada suatu hari. Ia berkata, “telah bersabda Rasulullah [saw]’ seketika itu juga, ia tampak gelisah dan keringat bercucuran dari keningnya. Kemudian, ia mengulangi kata-kata yang tadi, mengucapkan sabda Rasulullah [saw], dan mengakhirinya dengan berkata, “kira-kira demikianlah di sabdakan oleh Rasulullah [saw].”

Al-Qamah bin Qais juga pernah berkata, “biasanya, Ibnu Mas’ud berpidato setiap hari kamis sore untuk menyampaikan hadits. Tidak pernah saya dengan ia berkata, “telah bersabda Rasulullah [saw],’ kecuali satu kali saja. Saat itu, saya melihat ia bertelekan tongkat, dan tongkatnya itu pun bergetar dan bergerak-gerak.”

Kisah lain diceritakan oleh Masruq mengenai Ibnu Mas’ud . ia berkata, “pada suatu hari, Ibnu Mas’ud menyampaikan sebuah hadits. Ia berkata, “saya dengan Rasulullah [saw]’ belum selesai ia meneruskan kalimatnya, tiba-tiba ia gemetar dan pakaiannya bergetar pula. Kemudian, ia berkata, ‘atau kira-kira demikian...,” atau ‘kira-kira seperti itulah...”

Ya, sejauh itulah ketelitian, penghormatan dan penghargaan Ibnu Mas;ud kepada Rasulullah [saw] sikap tunduk dan patuhnya yang luar biasa kepada Rasulullah [saw], di samping kecerdasannya dalam ilmu agama, ini merupakan berkah sekaligus bukti ketakwaannya yang tak terilai. Penilaian dan ketakjuban kepada sosok Rasulullah [saw] masih hidup maupun setelah wafat. Hanya sedikit orang di dunia ini yang begitu menghormati sekaligus menjunjung tinggi nabinya sebagaimana Ibnu Mas’ud.

Ibnu Mas’ud dikatakan tak mau berpisah dari Rasulullah [saw], baik saat bermukim maupun bepergian. Bahkan, ia turut mengambil bagian dalam setiap peperangan dan pertempuran. Perannya dalam Perang Badar meninggalkan kenangan yang tak dapat dilupakan yakni robohnya Abu Jahal oleh tebusan pedang kaum muslimin pada hari yang keramat itu.

Dicintai penduduk Kufah
Khalifah-khalifah dan para sahabat Rasulullah [saw] juga mengakui kedudukan Ibnu Mas’ud yang sangat tinggi ini, hingga ia pun diangkat oleh Amirul Mukminin Umar sebagai bendaharawan di kota Kufah. Kepada penduduk kota itu, Ibnu Mas’ud berkata, “demi Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia, sungguh saya lebih mementingkan tuan-tuan daripada diriku, maka ambillah dan pelajarilah ilmu daripadanya!”

Dan, penduduk Kufah pun telah mencintainya, suatu hal yang belum pernah terjadi pada pejabat berwenang sebelumnya, atau pada orang yang setaraf dengannya. Sungguh, kebulatan penduduk Kufah untuk mencintai salah seorang pejabatnya ini merupakan suatu mukjizat. Sebab, mereka biasa menentang dan memberontak. Mereka tidak tahan menghadapi pemerintahan yang sebelumnya. Pemerintah yang membuat kehidupan mereka jauh dari rasa aman tenteram.

Dan, karena kecintaan mereka kepadanya yang sedemikian besar, sampai-sampai mereka mengerumuni dan mendesaknya sewaktu ia hendak diberhentikan oleh Khalifah Utsman dari jabatannya. Mereka berkata, “tetaplah anda tinggal bersama kami di sini dan jangan pergi. Kami bersedia membela anda dari amlapetaka yang menimpa anda!” tetapi, dengan kalimat yang menggambarkan kebesaran jiwa dan ketakwaannya, Ibnu Mas’ud menjawab, “saya harus taat kepadanya. di belakang hari, akan timbul fitnah, dan saya tak ingin menjadi orang yang mula-mula membukakan pintunya!”

Pendirian beliau nan mulia dan terpuji ini menunjukkan kepada kita betapa hubungan Inu Mas’ud dengan Khalifah Utsman tengah mengalami cobaan. Di antara mereka memang telah terjadi perdebatan dan perselisihan yang makin lama makin sengit, hingga gaji dan tunjangan pensiunan Ibnu Mas’ud pun di tahan dari baitul mal. Walau demikain, tidak ada satu patah kata tidak baik yang keluar dari mulutnya mengenai Utsman. Bahkan, ia berdiri sebagai pembela dan turut memperingatkan rakyat ketika dilihatnya persekongkolan di masa pemerintahan Utsman itu telah meningkat menjadi suatu pemberontakan.

Slah seorang teman Ibnu Mas’ud ada yang berkata, “tak pernah saya dengan Ibnu Mas’ud
 Mengeluarkan cercaan satu kata pun terhadap utsman.” Dan, ketika ia mendengar ada berita mengenai percobaan pembunuhan terhadap Khalifah Utsman, ia berkata, “sekiranya mereka membunuhnya, maka tak ada lagi orang yang sebanding dengannya yang akan mereka angkat sebagai Khalifah.” Dan perkataan beliau ini menjadi sangat terkenal hingga saat ini.

Berbagai keistimewaan Inu Mas’ud
Allah [swt] telah menganugerahinya hikmah, sebagaimana Dia telah memberinya sifat taqwa. Ia memiliki kemampuan untuk meliat jauh ke dalam dari suatu masalah, kemduian mengungkapkannya secari menarik dan tepat. Marilah kita dengar ucapannya yang menggmabarkan tentang kesimplan hidup yang istimewa dan Umar dengan kata-kata singkat tapi padat dan menakjubkan.

Ibnu Mas’ud berkata, “Islamnya Umar bin Khathab adalah suatu kemenangan, hijrahnya adalah pertolongan, sedang pemerintahannya menjadi suatu rahmat.”

Berbicara tentang apa yang dikatakan oleh orang sekarang sebagai relativitas masa, ia ingin berkata, “bagi Tuhan kalian, tiada siang dan malam! Cahaya langit dan bumi itu bersumber  dari cahayanya!”

Ia juga berbicara tentang pekerja dan betapa pentingnya mengangkat taraf budaya kaum pekerja ini. kaitannya dengan  bekerja, ia berkata, “saya amat benci melihat seorang laki-laki  yang menganggur dan tak ada usaha untuk kepentingan  dunia maupun akhirat.”

Perkataan yang diucapkannya banyak juga bersikap. Salah satunya, ia pernah berkata, “sebaik-baik kaya ialah kaya hati, sebaik-baik bekal ialah taqwa, seburuk-buruk buta ialah buta hati, sebesar-besar dosa ialah berdusta, sejelek-jelek usaha ialah memungut riba, seburuk-buruk makanan ialah memakan harta anak yatim, siapa yan memaafkan orang akan di maafkan Allah, dan siapa yang mengampuni orang akan diampuni Allah.”

Nah, itulah gambaran singkat Ibnu Mas’ud, salah satu sahabat Rasulullah [saw] yang paling terpilih. Betapa kehidupannya adalah cerminan dari hidup seorang mukmin yang teguh untuk tetap berjalan di jalan Allah dan Rasul-Nya, serta menjunjung tinggi agamaNya.

Ia adalah laki-laki berpostur tubuh seperti burung merpati, kurus pendek, hingga badannya tidak berbeda dengan orang yang sedang duduk. Kedua betisnya kecil dan kempis, yang akan tampak ketika sedang memanjat serta memetik dahan pohon arak untuk Rasulullah [saw] saat para sahabat menertawakan kedua betis Ibnu Mas’ud tersebut padahal di sisi Allah [swt] keduanya lebih berat timbangannya daripada gunung Uhud!”

Ibnu Mas’ud memang berasal dari keluarga miskin, seorang buruh upahan dan mempunyai postur kurus lagi hina. Tetapi, keyakinan dan keimanannya telah menjadikannya salah seorang imam di antara imam-imam kebaikan. Ia bagaikan petnjuk dan cahaya bagi orang-orang di sekitarnya. Ia memang telah dikaruniai taufiq dan nikmat oleh Allah [swt]. sehingga termasuk dalam golongan sepuluh sahabat Rasulullah [saw]  yang pertama masuk Islam; orang-orang yang selama hidupnya menerima berita gembira karena memperoleh ridha dari Allah [swt] dan surgaNya.

Disaksikan jabatan-jabatan yang tersedia dan menunggu orang-orang Islam yang mau mendudukinya, begitu pun harta yang tidak terkira banyaknya sempat bertumpuk-tumpuk di hadapannya. Namun, tidak satupun yang mengusik dan membuatnya abai dari janji yang telah diikrarkan kepada Allah [swt] dan RasulNya, atau merintanginya dari garis hidup dan ketekunan ibadah yang diliputi oleh rasa khusyuk serta tawadhu.

Sebagaimana kita ketahui, ia pernah mencari kesempatan untuk mendapatkan sesuatu sebagaimana yang diperebutkan orang-orang. ia sama sekali tidak tergoda leh kemilau kemuliaan, kekayaan, pengaruh, atau jabatan. Tidak satu pun hal duniawi yang menarik hatinya, kecuali satu hal. Beliau berkata, “ketika aku sedang mengikuti Rasulullah [saw] di perang Tabuk, aku terbangun di tengah malam. Tampak olehku nyala api di pinggir perkemahan. Lalu kudekati api tersebut. Kiranya Rasulullah [saw] bersama Abu Bakar dan Umar sedang menggali kuburan untuk Abdullah Dzulbijadain an-Muzanni yang ternyata telah wafat.

“Rasulullah [saw] ada di dalam lbang kubur itu, sementara Abu Bakar dan Umar mengulurkan jenazah kepadanya. Rasulullah [saw] berkata, “ulurkanlah lebih dekat kepadaku saudara tuan-tuan itu!” lalu, mereka mengulurkan jenazah itu kepadanya. tatkala jenazah di letakkan di lubang lahat, beliau berdoa, “Ya Allah, aku telah ridha kepadanya, maka ridhai pula ia olehmu!” alangkah baiknya sekiranya akulah yang menjadi pemilik laing kubur itu!”

Nah, itulah satu-satunya cita-cita yang di harapkan dan diangan-angankan oleh Ibnu Mas’ud selagi hidupnya. Ia ingin jasadnya dimakamkan dan didoakan sendiri oleh Rasulullah [saw] dan sahabat-sahabat besarnya. Itulah cita-cita dari seseorang yang telah mendapatkan petunjuk dari Allah [swt] telah cukup memperoleh dari al-Qur’an dan menerima didikan langsung dari Rasulullah [saw]. wallahua’lam.

Sumber : Tteguh Pramono. 100 muslim terhebat sepanjang masa inspirasi para muslim yang dicatat dengan tinta emas sejarah. Diva press, Surabaya.
Kisah Hidup Sang 'Peti Rahasia' Rasulullah [saw], Abdullah bin Mas’ud Kisah Hidup Sang 'Peti Rahasia' Rasulullah [saw], Abdullah bin Mas’ud Reviewed by Unknown on 9:37 AM Rating: 5

No comments

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...