Menangis Meminta Hidayah Allah [Swt]
Jangan cepat-cepat antum kemudian memvonis orang lain. Masya Allah1.
Suaminya salih, itrinya berantakan. Kita sering menyalahkan suaminya yang salih
ketikai strinya berantakan. Hey, antum gak ngerti ikhwan. Bisa jadi suaminya
itu nangis-nangis di dalam sujud, minta sama Allah supaya istrinya itu bener.
Tapi apalah daya, hidayah itu milik Allah.
Kita sering nyalahkan, “oh anaknya ustad kok nakal?” kan kita sering
gitu, tanpa kemudian kita sadari kita komentar, “oh keluarganya ustad, ini
ustad besar ini, anaknya kayak gini.” Kita sering menyalahkan keluarga ustad,
bahwasanya semua keluarganya ustad tuh semuanya harus salih. Ikhwan jangan
nyalahkan ustadnya. Mungkin aja ustadnya sudah mandi darah untuk meminta kepada
Allah supaya anaknya bener dan ngikutin jejaknya dia. Tapi apalah daya, hati
itu yang meguasai Allah bukan kita.
Hatinya atum aja yang nguasai siapa? Allah ikhwan. Kita aja nggak mampu
menguasai hati. Antum apa menguasai hati? Ndak ikhwan. Antum ndak menguasai
hati, sampai antum ketawa dan menangis antum ndak pernah ngerti kok, kapan antu
ketawa dan nangis kok. Saking kita tuh ndak menguasai hati. Pernah gak ada yang
ngomong, insya Allah nanti jam 10 tepat
saya akan nagis ustad. Gak ada. Kita tiba-tiba nangis sendiri. Gak ada yang
ngomong, “insya Allah nanti ba’da subuh saya akan tertawa terbahak-bahak.” Kata
siapa? Kita habis subuh malah gak ketawa,gak nangis, diam saja. Karena kita gak
kuasai hati kita. lho hati antum sendiri aja ndak bisa dikuasai apalagi hati
orang lain.
Makanya sampai Nabi [saw] berkata dalam salah satu doanya, “sesungguhnya
hati setiap anak manusia itu berada diantara jari jemarinya Allah”, Allah yang
memutarbalikkan hati, bukan kita ikhwan. Kalau kta berdakwah kadang banyak yang
ikut alhamdulillah. Tetapi Allah kemudian tidak menggandakan pahala antum hanya
karena banyak yang ikut antum. Tapi kadang-kadang ketika kita beerdakwah hanya
mendapatkan satu dan dua orang, gak apa-apa, itu nggak ngurangi pahala kita.
sudah berdakwah tinggal dua, yang satu ngantuk yang satu ke kamar mandi gak ada
sisanya. Gak apa-apa ikhwan. Memang antum kira seorang ustad yang nggak laris
atau ustad yang ada di TPA, ngajar anak di TPA kemudan dia menjadi lebih rendah
pahalanya? Masya Allah kata siapa? Bisa jadi mereka tidak terkeanl diantara
kita tetapi menjadi orang yang terkenal diantara penduduk langit. Kenapa?
Karena keikhlasan hati mereka mengetuk-ngetuk pintu langit yang diteirma oleh
para malaikat sebelum sampai kepada Rabbnya.
Saya nggak pernah nganggep orang yang kemudian hari ini terkenal itu
lebih baik dari pada orang yang tidak terkenal.antum baca ikhwan kalau di
majalah Hidayatullah, saya tuh sering kagum sama profil-profil da’i mereka. Di
pedalaman-pedalamanyang mana kalo kemudian kita harus mengajar, ngajarnya di
tempat yang jauh, jalan kaki, kadang yang diajar dua atau tiga orang. saya
pernah ngobrol sama slaah satu da’i yang pernah di taruh di mentawai.
Dimentawai itu ikhwan, shaat jum’at bawa kopi, orang lagi khutbah
semangat-semangat, yang dengerin sambil minum kopi coba. Kalau kita ngepul itu
kepala.
Tapi masya Allah! Yah harus sabar, mau gimana? Mau kita kemudian
marah-marah? Wong itu daerah mereka. Merempul kitam arahmarah. Sabar!. Jadi
kalau kemudian lagi shalat kadang-kadang lagi ini, maunya nanti lah, shalat
asarnya jam 4! Yah jam 4! Maunya nanti jam 5, yah jam 5! Sesuai dengan
kemampuan mereka. Tapi masya Allah, disitulah kita paham Allah ndak pernah
nilai antum, berapa banyak orang yang telah antum kemudian berikan ilmu. Tapi
Allah menilai antum, antum sudah berikhtiar menjadikan orang itu paham tentang
Allah dan RasulNYa atau belum.
Supaya kita jangan merasa kalau jadi suami merasa berhak untuk memiliki
hati istri. Gak bisa. Makanya kalau antum punyah jaat tentang istri antum,
minta sama Allah. Gantungkan harapan kita sama Allah. Sama pula kita punya permintaan tentang
suami, gantungkan epada Allah. Karena yang memiliki hati suami dan istri kita
itu Allah. Bukan kita. ini kita paham kenapa? Ketika antum mengatakan,
“ihdinasshiratalmustaqiim.” Berarti antum meyakini Allah yang punya hidayah,
itu yang menjadikan antum meminta kepada Allah supaya diberi hidayah.
Jadi masya Allah indahnya ketika kita paham bahwa hidayah itu miliknya
Allah. Tidak perlu bagi antum kemudian mengkorek-korek kemudian antum meminta
hidayah supaya datang. Tepat waktunya. Ndak1 “ya Allah smeoga dia diberikan
hidayah sunnah, bulan ini ya Allah jangan bulan depan.” Yah nggak bisa, Allah
yang nentukan. Kalau Rasulullah [saw] dan Nabi Nuh saja tidak menjamin mereka
mampu kemudian menembus hati orang yang paling beliau cintai apalagi kita?
Menangis Meminta Hidayah Allah [Swt]
Reviewed by Unknown
on
12:45 AM
Rating:
No comments