Kisah hidup al-Hafidh adl-dlabith [penghafal yang cermat], Sufyan ats-Tsauri
Nama aslinya Abu Abdillah Sufyan bin Sa’id bin Masruq alKufi, seorang al-hafidh
adl-dlabith (penghafal yang cermat). Ia lahir di kufah pada tahun 97 H.
Ayahnya, Sai’id, adalah salah seorang ulama kufah yang terkenal cermat dalam
periwayatan hadis, sehingga Syu’bah bin al-Hajjaj, Sufyan bin Uyainah, dan
Yahya bin Ma’in menunjukkan amirul mukminin fi al-badits, gelar yang
juga di sandang oleh Malik bin Anas.
Mula-mula, Sufyan belajar dari ayahnya sendiri, kemudian pada orang-orang
pandai pada masa itu, sehingga ia mencapai keahlian yang tinggi di bidang
hadits dan teologi. Keshalihan Sufyan ats-Sauri tampak sejak ia masih berada di
dalam kandungan ibunya. Suatu hari, ibunya sedang berada di atas loteng rumah
untuk mengambil beberapa asinan yang sedang dijemur tetangganya di atap rumah
dan memakannya. Tiba-tiba, Sufyan yang masih berada di dalam rahim ibunya itu
menyepak sedemikian kerasnya, sehingga si ibu mengira bahwa ia keguguran.
Diriwayatkan bahwa suatu ketika, Khalifah yang berkuasa saat itu sedang
menjadi imam shalat. Saat Sufyan lewat di depannya, khalifah yang sedang shalat
itu memutar-mutar kumisya. Setelah selesai shalat, Sufyan berseru kepadanya,
“engkau tidak pantas melakukan shalat seperti itu. Di padang Mahsyar nanti,
shalatmu itu akan dilemparkan ke mukamu sebagai sehelai kain lap yang kotor.”
Berbicaralah yang sopan kepadaku,” tegur si khalifah.
“jika aku enggan melakukan tanggung jawabku ini, semoga kencingku berubah
menjadi darah,” jawab Sufyan.
Khalifah sangat marah mendengar kata-kata Sufyan ini. lalu ia
memerintahkan pengawalnya agar Sufyan dipenjara dan dihukum gantung.
“agar tidak ada orang lain yang seberani itu lagi terhadapku.” Jelas si khalifah.
Suatu hari, tiang gantungan sudah dipersiapkan. Sementara, sufyan masih
tertidur lelap dengan kepala ada di dalam dekapan seorang manusia suci dan
kakinya di pangkuan sufyan bin Uyaina. Mengetahui bahwa tiang gantungan sedang
dipersiapkan, dua manusia suci tersebut telah bersepakat agar janganlah Sufyan
sampai mengetahui hal ini.
Tetapi, saat itu juga, Sufyan terjaga dan bertanya, “apakah yang sedang
terjadi?”
Kedua manusia suci ini terpaksa menjelaskan walau dengan sedih.
Mendengar penjelasan tersebut, sufyan berkata, “aku tidak terlalu
mencintai kehidupan ini. tetapi seorang manusia harus melakukan kewajibannya
selama ia berada di atas dunia ini.”
Dengan mata berlinang, sufyan berdoa, “ya, Allah, sergaplah mereka
seketika ini juga!” pada saat itu, sang khalifah sedang duduk di atas tahta
dikelilingi oleh menteri-menterinya. Tiba-tiba, petir menyambar istana dan
khalifah beserta menteri-menterinya ditelan bumi.
“benar-benar sebuah doa yang diterima dan dikabulkan dengan seketika!”
seru kedua manusia suci yang mulia itu.
Seorang khalifah yang lain naik pula ke atas tahta. Ia percaya kepada
keshalihan sufyan. Si khalifah mempunyai seorang tabib yang beragama kristen.
Ia adalah seorang guru besar dan sangat ahli. Ketika si tabib memeriksa air
kencing sufyan, ia bekata di dalam hati, inilah manusia yang hatinya telah
berubah menjadi darah karena takut kepada Allah. Darah tersebut keluar sedikit
demi sedikit melalui kantong kemihnya.
Kemudian, ia menyimpulkan bahwa agama yang dianut oleh orang seperti ini
tidak mungkin salah. Akhirnya, si tabib segera bberalih kepada agama Islam.
Mengenai peristiwa ini, khalifah berkata, “kusangka aku mengirimkan seorang
tabib untuk merawat seseorang yang sedang sakit, kiranya aku mengirim seorang
sakit untuk dirawat seorang tabib yang besar.
Kisah hidup al-Hafidh adl-dlabith [penghafal yang cermat], Sufyan ats-Tsauri
Reviewed by Unknown
on
6:48 AM
Rating:
No comments