Kisah Hidup Ummul Mukminin, Aisyah binti Abu Bakar
Aisyah adalah seorang putri kesayangan Abu Bakar, sahabat Rasulullah
[saw] yang setia dan menggantikan beliau sebagai khalifah pertama.is lahir di
Makkah pada 614 M, delapan tahun sebelum permulaan zaman hijriah. Orang tuanya
sudah memeluk agama Islam, sehingga sejak kecil anak gadis itu telah dididik
sesuai dengan tradisi paling mlia, yakni cara Islam. Dengan sempurna,
dipersiapkan dan diberinya gadis itu hak penuh untuk menduduki tempat mulia di
sisi manusia paling utama di bumi.
Aisyah dilahirkan empat tahun sesudah Rasulullah [saw] diutus menjadi
rasul. Semasa kecil, ia adalah anak yang suka bermain-main dengan lincah. Ketika
dinikahi Rasulullah [saw] usianya belum genapsepuluh tahun, sehingga sesekali
beliau masih suka bermain-main. Dalam sebagian besar riwayat, disebutkan bahwa
Rasulullah [saw] sering membiarkan Aisyah bermain-main dengan teman-temannya
walaupun Aisyah telah resmi menjadi istrinya.
Dua tahun setelah wafatnya Khadijah [ra], datang wahyu kepada beliau
untuk menikahi Aisyah. Setelah itu, Rasulullah [saw] berkata kepada Aisyah, “aku
melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-turut. Malaikat mendatangiku dengan
membawa lukisan dirimu pada selembar sutra seraya berkata, ‘ini adalah istrimu.’
Ketika aku membuka tabirnya, tampaklah wajahmu. Kemudian, aku berkata
kepadanya, ‘jika ini benar dari Allah [swt], niscaya akan terlaksana.’
Mendengar kabar itu, Abu Bakar dan istrinya sangat senang. Terlebih lagi,
ketika Rasulullah [saw] mengataka bahwa beliau setuju menikahi putri mereka,
Aisyah. Rasulullah [saw] kemudian
mendatangi rumah mereka dan dilangsungkanlah pertunangan yang penuh berkah itu.
Setelah pertunangan itu, Rasulullah [saw] hijrah ke Madinah bersam para
sahabat, sementara istri-istri beliau ditinggalkan di Makkah. Setelah beliau
menetap di Madinah, beliau mengutus orang untuk menjemput mereka, termasuk di
dalamnya Aisyah [Ra].
Dengan izin Allah [swt], menikahlah Aisyah dengan mahar sejumlah 500
dirham. Aisyah kemudian tinggal di kamar yang letaknya berdampingan dengan
bangunan masjid Nabawi. Di kamar itulah wahyu sering kali turun, sehingga kamar
itu disebut juga sebagai tempat turunnya wahyu.
Aisyah memiliki tempat yang teramat istimewa di hati Rasulullah [saw],
yang mana kedudukan itu tidak di miliki oleh istri-istri beliau yang lain. Dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Anas bin Malik, dikatakan bahwa cinta pertama yang terjadi di dalam
Islam adalah cintanya Rasulullah [saw] kepada Aisyah. Ia pula yang menjadi
sebab turunnya firman Allah [swt] yang menerangkan kesuciannya dan
membebaskannya dari fitnah orang-orang munafik.
Ketika wahyu datang kepada Rasulullah [saw] Jibril membawa kabar bahwa
Aisyah adalah istrinya di dunia dan akhirat. Sebagaimana yang diterangkan dalam
hadits berikut :
“jibril datang membawa lukisannya pada
sepotong sutra hijau kepada Rasulullah [saw]. lalu berkata, ‘ini adalah istrimu
di dunia dan akhirat.” [HR. Tirmidzi]
Meskipun masih sangat muda saat dinikahkan dengan Rasulullah [saw], tetapi
beliau memiliki kemampuan yang sangat baik, sehingga dapat menyesuaikan diri
dengan tugas barunya. Kehadirannya membuktikan bahwa wanita suci itu adalah
orang yang cerdas dan setia. Sebagai istri, ia mampu membuktikan bahwa dirinya
layak untuk bersanding dengan sosok teragung dalam sejarah umat manusia itu.
Terkait dengan ajaran Islam, Aisyah diakui sebagai pembawa riwayat paling
autentk, sebagaimana yang telah disunahkan oleh suaminya. Ia juga dianugerahi
ingatan sangat tajam, yang mampu mengingat segaa pertanyaan yang diajukan para
tamu wanita kepada Rasulullah [saw], di samping kemampuannya untuk mengingat
jawaban yang diberikan suaminya.
Bahkan aisyah juga mampu mengingat secara sempurna semua ceramah
keagamaan yang diberikan Rasulullah [saw] kepada para delegasi dan jamaah di
Masjid Nabawi. Karena kamar Aisyah memeang bersebelahan dengan masjid, maka
dengan mudah ia mendengarkan setiap dakwah, kuliah dan diskusi antara
Rasulullah [saw] dengan para sahabat dan orang-orang lain. Semua itu ia lakukan
dengan cermat dan tekun, sehingga banyak hadits Rasulullah [saw] yang
diriwayatkan olehnya.
Selain sebagi pengingat yang hebat, Aisyah juga merupakan wanita cedas. Beberapa
kali ia mengajukan pertanyaan yang sulit dan rumit kepada Rasulullah [saw],
terkait dengan ajaran agama yang baru itu. Hal-hal inilah yang menyebabkan ia
menjadi ‘ilmuwan’ dan periwayat yang jasanya paling besar dan dianggap palin
autentik bagi ajaran-ajaran Islam.
Namun begitu, Aisyah [ra] ternyata tidak di takdirkan hidup bersama-sama
dengan Rasulullah [saw] untuk waktu yang lama. Hanya selama sepuluh tahun saja
beliau mendampingi Rasulullah [saw]. pada tahun 11 H [632 M], Rasulullah wafat
dan dimakamkan di kamar yang dihuni Aisyah.
Diberi Gelar Ummul Mukminin
Setelah Rasulullah [saw] wafat, pucuk pimpinan umat Islam digantikan oleh
sahabtnya yang setia, Abu Bakar. Ayah Aisyah ini sekaligus menjabat sebagai
khalifah Islam yang pertama, sementara Aisyah tetap menduduki urutan pertama
yang paling di hormati dari keluarga Rasululah [saw]. nahkan, setelah Fatimah
meninggal dunia pada tahun 11 H, Aisyah dianggap sebagai wanita paling penting
di dunia Islam. Sayangnya, ayahnya juga tidak berumur panjang. Abu Bakar
meninggal dunia sekiar 2,5 tahun setelah wafatnya Rasulullah [saw].
Setelah Abu Bakar mangkat, posisinya digantikan oleh Umar bin Khathab. Pada
masa pemerintahannya, Aisyah menduduki posisi sebagai ibu utama atau Ummul
Mukminin di seluruh wilayah Islam, yang semakin meluas dengan cepat. Kala itu,
orang banyak datang untuk meminta nasihat-nasihatnya yang bijaksana tentang
segala hal terkait dengan masalah keaamaan.
Tidak berapa lama kemudian, Umar terbunuh dan posisinya kemudian
digantikan oleh Khalifah Utsman, yang juga akhirnya terbunuh oleh tindakan
makar. Wafatnya dua tokoh penting itu tidak ayal turut mengguncangkan
sendi-sendi negara Islam yang baru berdiri itu. Di masa inilah, kemudian mulai
munculperpecahan di kalangan umat Islam. Keadaan ini tentu sangat merugikan
agama yang tengah menyebar luas dan berkembang dengan pesatnya, bahkan, saat
itu, wilayah Islam telah merentang sampai ke batas pegunungan tlas [Afrika
barat laut] di sebelah barat dan puncak-puncak pegunungan Hindu Kush di sebelah
timur.
Aisyah tidak bisa tinggal diam sebagai penonton menghadapi oknum-oknum
yang hendak memecah belah itu. Dengan sepenuh hati, ia membela mereka yang
hendak menuntut balas atas kesyahidan Khalifah yang ketiga. Di dalam perang
unta, suatu pertempuran melawan Ali, sang Khalifah yang keempat, pasukan Aisyah
kalah sehingga ia terus mundur ke Madinah di bawah perlindungan dan pengawalan
yang dipimpin oleh putra sang Khalifah sendiri.
Sejumlah sejarawan yang menaruh minat terhadap peristiwa itu, baik yang
muslim maupun bukan, banyak yang melemparkan kritik kepada Aisyah terkait
dengan keputusannya melawan Ali. Tetapi tidak seorang pun yang meragukan
kesungguhan hati dan keyakinan Aisyah untuk menuntut balas bagi darah Utsman
yang telah tertumpah.
Aisyah turut menyaksikan berbagai perubahan di berbagai bidang yang
dialami oleh peradaban Islam selama 30 tahun kekuasaan para khalifah yang
shalih. Saat wafatnya pada tahun 678 M, di mana ketika itu kekuasaan Islam
berada di tangan Mu’awiyah, posisinya masig begitu kuat dalam peradaban Islam. Penguasa
ini amat takut kepada Aisyah dan kritik-kritiknya yang pedas berkenaan dengan
negara Islam yang secara politis sedang berubah itu.
Wanita Paling Utama Di Dalam Islam
Ibu utama agama Islam ini begitu termasyhur akan sifat luhur, keshalihan,
umur, kebijaksanaan, kesederhanaan, kemurahan hati, dan kesungguhan hatinya
untuk menjaga kemurnian riwayat sunah Rasulullah [saw]. bahkan,
kesederhanaannya dan kesopanannya segera menjdi obor penyuluh bagi kaum wanita
Islam.
Beliau menghuni ruangan yang berukuran kurnag dari 12 x 12 kaki
bersama-sama denga Rasulullah [saw]. ruangan itu beratap rendah, terbuat dari
batang dan daun kurma, sementara dindingnya diplester dengan lumpur. Pintunya hanya
satu, itu pun tanpa daun pintu, hanya ditutup secarik kain yang di gantungkan
di atasnya. Selama masa hidup Rasulullah
[saw], jarang Aisyah tidak kekurangan makan. Bahkan, pada malam hari ketika
Rasulullah [saw] menghembuskan nafas terakhirnya, Aisyah tidak mempunyai minyak
untuk menyalakan lampu dan tidak ada
makanan sedikit pun.
Waktu Khalifah Umar berkuasa, istri-istri nabi dan beberapa sahabat
beliau [saw] yang lain sama-sama mendapatkan tunjangan yang cukup besar tiap bulannya. Aisyah juga
dapat jatah, namun ia jarang ia menahan uang atau pemberian yang diterimanya
sampai keesokan harinya. Setiap uang yang didapatnya segera dibagikan kepada
orang-orang yang membutuhkan. Pernah, pada suatu hari di bulan Ramadhan,
Abdullah bin Zubair menyerahkan sekantong uang sebanyak satu lakh dirham kepada
Aisyah. Dan, Aisyah lalu langsung membagkan uang itu sebelum waktu berbuka
puasa tiba.
Pengabdiannya kepada masyarakat dan usahanya untuk mengembangkan
pengetahuan orang tentang sunnah dan fiqh sungguh tidak ada tandingannya di
dalam catatan sejarah Islam. Jika orang
mnemukan persoalan mengenai sunah dan fiqh yang susah di pecahkan,
mereka akhirnya akan membawanya kepada Aisyah, dan kata-kata Aisyahlah yang
mnejadi keputusan terakhirnya. Selain Ali, Abdullah, bin Abbas, dan Abdullah
bin Umar, Aisyah juga termasuk kelompok intelektual di tahun-tahun pertama
Islam. Di samping itu, Aisyah juga terkenal sebagai orator ulung di zamannya.
Bersama Khadijah dan Fatimah az-Zahra, Aisyah dianggap sebagai wanita
paling utama di kalangan wanita Islam. Kebanyakan para ulama menempatkan
fatimah di tangga teratas, diikuti Khadijah dan Aisyah menduduki posisi
terakhir. Menurut Allamah bin Tamiyah,
Fatimahlah yang berada di tempat teratas, karena ia merupakan anak kesayangan
Rasulullah [saw], sementara Khadijah merupakan orang pertama yang memeluk agama
Islam. Tetapi, tidak seorang pun yang dapat menandingi Aisyah mengenai perannya
dalam menyebarluaskan ajaran Rasulullah [saw].
Di dalam riwayat Tirmidzi, ada sebuah kisah tentang penghinaan terhadap
wanita agung ini. diceritakan bahwa ada seorang yang menghina Aisyah di hadapan
Ammar bin Yasir sehingga Ammar bin Yasir berseru kepadanya, “sungguh celaka
kamu. Kamu telah menyakiti istri kecintaan Rasulullah [saw].”
Sekalipun rasa cemburu istri-istri Rasulullah [saw] terhadap Aisyah
sangat besar, mereka tetap menghargai kedudukan Aisyah yang sagat terhormat. Bahkan,
ketika Aisyah wafat, Ummu Salamah berkata, “demi Allah [swt], ia adalah manusia
yang paling beliau [Rasulullah [saw]] cintai selain ayahnya [Abu Bakar].” Di antara
istri-istri Rasulullah [saw], Saudah bin Zum’ahlah yang sangat memahami
keutamaan-keutamaan Aisyah. Itulah sebabnya, ia merelakan seluruh malam
bagiannya untuk Aisyah.
Aisyah memang sangat memperhatikan sesuatu yang menjadikan Rasulullah
[saw] berkenan kepadanya. sebagai istri,
beliau mampu mnejaga agar Rasulullah [saw] tidak menemukan sesuatu yang
tidak menyenangkan dirinya. Aisyah senantiasa
mengenakan pakaian bagus dan selalu berhias untuk Rasulullah [saw] menjelang
wafat, Rasulullah [saw] meminta izin kepada istri-istrinya untuk beristirahat
di rumah Aisyah selama sakitnya hingga wafat. Dalam hal ini, Aisyah berkata, “merupakan kenikmatan bagiku karena Rasulullah [saw]
wafat di pangkuangku.”
Bagi Asiyah, menetapnya Rasulullah [saw]
selama sakit di kamarnya merupakan kehormatan yang sangat besar. Hal itu
karena ia dapat merawat beliau hingga wafat. Bahkan, Rasulullah [saw] di kuburkan di kamar Aisyah, tepat di tempat
beliau meninggal. Hal ini, konon terkait
dengan mimpi Aisyah semasa kecil. Suatu ketika, Aisyah dalam tidurnya meliat 3
buah bulan jatuh di kamarnya. Ketika ia memberitahukan hal ini kepada ayahnya,
Abu Bakar berkata, “jika yang engkau lihat itu benar, maka di rumahmu akan
dikuburkan tiga orang yang paling mulia di muka bumi.”
Ketika Rasulullah [saw] wafat, Abu bakar berkata, “beliau adalah orang
yang paling mulai diantara ketiga bulanmu.” Beberapa tahun kemudian Abu Bakar
dan Umar pun sama-sama di kuburkan di kamar Aisyah.
Setelah Rasulullah [saw] wafat, Aisyah senantiasa dihadapkan pada cobaan
yang sangat berat. Namun, beliau menghadapinya dnegan hati sabar, penuh
kerelaan terhadap takdir Allah [swt], dan selalu berdiam diri di dalam rumah. Segala
kegiatannya ditunjukkan semata-mata untuk taat kepada Allah [swt].
Rumah Aisyah senantiasa di kunjungi oleh orang-orang dari segala penjuru untuk menimba ilmu atau
untuk berziarah ke makam Rasulullah [saw] yang lain hendak mengutus Utsman
untuk menghadap Khalifah Abu Bakar demi
menanyakan harta warisan Rasulullah [saw] yang menjadi bagian mereka, Aisyah
berkata, “bukankah Rasulullah [saw] telah berkata,bahwa para nabi tidak meninggalkan harta warisan. Apa
yang mereka tinggalkan itu adalah shadaqah.”
Dalam penetapan hukum pun, Aisyah sering menemui wanita-wanita yang
melanggar syariat Islam secara langsung. Di dalam habaqat, Ibnu Saad mengatakan
bahwa Hafshah binti abdirrahman menemui Aisyah. Ketika itu, Hafshah mengenakan
krudung tipis. Secepat kilat Aisyah menarik kerudung tersebut dan menggantinya
dengan kerudung yang tebal.
Aisyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya
dari Al-Qur’an dan sunnah. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh posisinya sebagai
orang yang paling dekat dengan Rasulullah [saw], sehingga ia banyak menyaksikan
turunnya wahyu. Aisyah pun memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada
Rasulullah [saw]. jika menemukan sesuatu yang belum ia pahami tentang sesuatu
ayat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ia memperoleh ilmu langsung dari
Rasulullah [saw].
Aisyah pun termasuk wanita yang banyak menghafalkan hadits-hadits
Rasulullah [saw]. begitu banyaknya hadits yang dihafalkan oleh beliau sehingga
para ahli hadits menempatkannya pada urutan kelima dari para penghafal hadits. Posisinya
berada tepat setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik, dan Ibnu Abbas.
Setelah menjalani kehidupan agung, Aisyah menghembuskan nafas terakhirnya
pada tanggal 17 Ramadhan 58 H [13 Juli 678 M]. Beliau wafat pada usia 66 tahun
dan dikuburkna di pemakaman baqi’. Wafatnya wanita agung ini jelas menimbulkan
rasa duka terutama di Madinah dan seluruh dunia Islam.
Sejarah mengenalnya sebagai sosok wanita yang gemilang. Wanita yang
mengabdikan diri sepenuhnya kepada rasululah [saw], sellau beribadah, serta
senantiasa menjalankan shalat malam. Umar saat itu juga mengenalnya sebagai
sosok nanbersahaja, yang banyak mengeluarkan shadaqah, sehingga di dalam
rumahnya tidak akan ditemukan uang satu dirham pun atau satu dinar pun. Semoga Allah
merahmati beliau dengan surgaNya.
Kisah Hidup Ummul Mukminin, Aisyah binti Abu Bakar
Reviewed by Unknown
on
8:58 AM
Rating:
masya Allahh! we love her...!she is our mom.
ReplyDelete