Kisah Azan Seorang Pemuda
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, Shalawat dan Salam kepada Nabi
kita Muhammad saw., keluarga dan sahabatnya.
Diceritakan seorang pemuda sederhana, sebut namanya Hilmi. Kalau penasaran
silahkan check/follow akun twitternya di @ang_hilmi. Suatu hari Hilmi kecil
bersama dengan Ibunya di rumah, dalam suasana tenang dirumahnya, Hilmi
tiba-tiba dikagetkan oleh teriakan ibunya “Hilmi, ada ular. Cepat azan Hilmi!”
Kata si ibu kalau ular itu jelmaan jin, maka dengan lantunan azan ular
itu akan hilang. Kalau tidak hilang
berarti ular berbisa. Demikian anggapan ibu Hilmi. Hilmi yang disuruh ngelantunin
azan bingung sendiri, alasannya sederhana “belum bisa azan bu!”. Kejadian ini
berlalu saja pasalnya Hilmi juga tidak bisa azan dan dirumah hanya mereka
berdua.
Hilmi tumbuh dari hari ke hari sampai sekolah SMP tanpa menangkap isyarat
perlunya belajar azan. Kini Hilmi sudah menjadi seorang pemuda, saat itu bulan
Ramadhan di Masjid. Hilmi yang sudah berwudhu mendapatkan pengalaman berharga,
saat itu Muadzin lagi absen jadi butuh pengganti. Bisa anda tebak pastinya
Hilmi diminta jadi pengganti, betul sekali.
Hilmi yang mendapatkan kesempatan itu merasa bernasib ‘sial’. Tapi dia mau
tidak mau tetap melakukannya, sebisanya, meskipun merasa malu karena suasana
lagi banyak orang di Masjid.
Pengalaman berharga Hilmi lainnya adalah saat dia melaksanakan KKN atau
kulaih kerja nyata di daerah Prambanan. Menurutnya “anak KKN itu kerjanya
sembarangan, dalam artian kalau ada yang kosong yah dikerjakan”. Disuruh harus
mau katanya menambah jam terbang di masyarakat. Kalau disuruh azan si Hilmi mau
aja sekedar evaluasi diri dengan teknik azan yang tidak jelas katanya. Hehe...terkekeh
sendiri menulisnya.
Peristiwa-peristiwa dalam catatan hidup Hilmi di atas membuatnya merasa
cukup terganggu. Pikir-pikir juga katanya nanti kalau punya anak juga kudu di
azanin dan menqomati si adek bayi, hehe....i. sekarang Hilmi sudah berkomitment
untuk belajar azan. Semangat Hilmi.
Hilmi punya dua orang teman Muazin salah satunya sudah menjadi muazin
masjid Daarut Tauhid. Makanya dia langsung konsultasi ke temannya itu. Katanya masalah
Hilmi adalah bukan pada nada, tetapi pada nafasnya yang bukan level Muammar,
jadi sangat beresiko bagi Hilmi kalau memainkan nada-nada tinggi. Jadi Hilmi
pun bertanya kepada temannya “bagaimana cara aman biar teknik benar, nafas
tidak terlalu panjang, tapi lagunya enak?”
Kemudian mereka browsing di internet dan mendapatkan beberapa rekaman
pilihan bagi Hilmi berirama rost dan hijaz dengan nafas pendek :
1. azan irama Hijaz pendek klik disini
2. azan irama Rost pendek klik disini
Hilmi disuruh menghafalin lagunya dan latihan sesering mungkin satu
minggu Hilmi konsisten menghafal lagunya, mendengarkan melalui headset dan hp. Meskipun
kesulitan karena nada azan itu baru didengar. Katanya, dari kedua jenis irama
azan di atas Hilmi lebih menyukai irama Hijaz.
Kini Hilmi sudah menghafal lagunya. Masalahnya sekarang di mana ruang
untuk Hilmi bisa belajar. Di tempatnya, di bandung sangat jarang ditemui tempat
sepi dan terbuka, katanya dia malu. Suara kecil di kamar dianggapnya kurang
menantang.
Lama berpikir, Hilmi menemukan tempat yang cocok buat latihan. Katanya di
“jalan raya.” Sambil naik motor, pasang headset dan latihan. Di jalan raya
suara Hilmi akan bersaing dengan suara kendaraan. Meski terdengan oleh orang
lain, toh dia tidak kenal jadi masa bodo. Praktis hilmi mempraktekkannya selama
semingguan saat berangkat dan pulang kuliah. Bagus Hilmi.
Akhirnya moment yang penting tiba juga, Hilmi memberanikan diri mengamil
microfone Masjid dan memberanikan diri melantunkan azan. Meski dengan gemetaran
dia menilai dirinya masih butuh banyak belajar dan latihan. Semoga Hilmi tetap
semangat dan menjadi muazin yang diridhoi-Nya.
Sumber
Hilmi, 2013. Tips belajar Azan. (http://anghilmi.blogspot.co.id/2013/03/tips-belajar-adzan.html)
Kisah Azan Seorang Pemuda
Reviewed by Unknown
on
12:58 AM
Rating:
No comments