Kisah Nabi Ismail as.
Nabi Ismail
adalah salah satu Nabi yang wajib bagi kita mengimaninya. nabiIsmail adalah
salah satu nabi yang sangat sabar. Di dalam al-Qur’an Nabi Ismail di sebutkan
dalam beberapa ayat diantaranya [2:136; 2:140; 3:48; 4:136; 6:86; 14:39; 21:85;
37:102-109; 38:48].
Nabi Ibrahim
mempunyai dua istri, sarah dan Hajar. Istri kedua bernama Hajar melahirkan
seorang anak laki-laki bernama Ismail, sementara dari Sarah, nabi Ibrahim mendapatkan
anak bernama Ishaq.
Sarah merasa
kurang senang hidup bersaa Hajar. Berkali-kali ia minta kepada suaminya agar
Hajar dan anaknya di pindah saja ke tempat lain. Nabi Ibrahim idak segera
menuruti permintaannya. Baru setelah menerima perintah Allah [swt], Ibrahim
mengajak Hajar dan Ismail pindah ke Makkah.
Ismail pada
waktu itu masih menyusu, ia terpaksa harus ikut keda orang tuanya menemuh
perjalanan jauh, perjalanan yang melelahkan.
Hajar dan
ismail di letakkan di daerah yang tandus, padang pasir yang sunyi dan terik
matahari yang menyengat kulit. Tak ada seorang pun kecuali mereka berdua saja.
Asal usul telaga zam-zam
Karena di
sekitar tempat itu tak ada mata air, sedang perbekalan sudah habis. Ismail pun
merasa kehausan. Ia menangis karena tak kuat menahan rasa haus.
“sabarlah
anakku, ibu akan mencari air untukmu.” Demikian kata hajar sambil berlari-lari
mencari air.
“Ya, Tuhan,
tolonglah hambaMu ini, yang sedangdalam bahaya kematian, kami bertambah payah,
lemah dan kehausan.” Hajar berlari ke gunung Shfa tetapi tidak terdapat air.
Kemudian turun dan naik lagi ke gunung Marwa. Tak ada setetes air pun ia
dapatkan.
Dengan
berlinangan air mata ia berkata, “oh, sabarlah anakku, sabar…” tiba-tiba tak
jauh dari ismail tampak seorang lelaki datang menghampiri, lelaki itu
menjejakkan kakinya ke tanah maka keluarlah air yang berlimpah-limpah dan
memancar kesegenap penjuru. Lelaki tersebut tak lain adalah malaikat yang
diutus Allah.
Hajar segera
berlari ke tempat itu untuk mengambil air. Dnegan dmeikain terhindarlah ismail
dari kematian karena kehausan.
Lelaki yang
tak lain adalah malaikat jibril itu kemudian berkata, “zam-zam! Zam-zam!”
artinya berkumpullah—berkumpullah. Maka airpun berkumpul menjadi mata air yang
seak saat itu disebut “telaga zam-zam”
Sebelum
Jibril pergi, ai berpesan kepada Hajar, “hai Hajar! Jangan engkau merasa
Khawatir akan kehabisan air. Jangan takut : telaga ini bukan hanya untuk
orang-orang disini saja. Melainkan juga untuk tamu-tamu Tuhan, dan bapak anak
ini nanti akan datang untuk membangun rumah Allah di tempat ini.”
Yang
dimaksud tamu-tamu Tuhan adalah orang-orang yang mengerjakan ibadah haji. Yang
dimaksud rumah Allah adalah Ka’bah.
Memang,
bekas perjalanan Hajar, Ibrahim dan Ismail sampai zaman sekarang dijadikan amalan
ibadah haji.
Dengan
adanya sumur zam-zam inilaah maka banyak berdatangan burung-burung padang
pasir. Mereka berkerumun di sekitar sumur ehingga menarik perhatian para
khalifah yang melewati tempat itu. Semakin lama semakin banyak orng yang berdatangan dan menetap di tempat
itu bersama Hajar dan Ismail.
Hajar dan
Ismail dianggap sebagai pemilik tempat
itu sehingga para pendatang yang berasal
dari suku Jurhum itu sangat menghormatinya . mereka meminta izin kterlebih
dahulu sebelum mengambil air zam-zam dan
mendirikan tempat tinggal di sekitar sumur zam-zam.
Ujian bagi nabi Ibrahim dan Ismail
Setelah
beberapa tahun nabi Ibrahim meninggalkan anak dan siterinya di padang pasir
yang tandus, ia pun merasa rindu.
Setiap kali
ia mengirim utusan melihat keadaan anak dan isternya, setiap itu pun ia merasa
lega. Ternyata dari para utusan itu ia dapat keterangan bahwa Hajar dan Ismail
dalam keadaan baik-baik saja. Anak dan siterinya dianggap pemilik dan pemimpin
di Makkkah. Karenai stri dan anaknya itulah yang pertama kali menetap dan
bertempat tinggal di sana.
Demikianlah
Ibrahim akhirnya tak dapat menahan kerinduannya yang selama ini terpendam. Ia
berangkat ke Makkah dan bertemu dengan Hajar dan Ismail di padang Arafah, anak
dan istrinya sedang mengembalakan ternak yang cukup banyak. Ia merasa lega
bercampur haru, ternyata kehidupan istri dan anaknya tidak kurang suatu apa,
tampaknya malah serba kecukupan.
Dalam
perjalanan pulang ke Makkah, ketiga anak manusia itu beristirahat di Muzdalifah
karena kelelahan. Perjalanan antara palestina dan Makkah bukanlah perjalanan jarak dekat, maka
ia tertidur saking lelahnya.
Dalam
tidurnya yang hanya sebentar itu ia mendapatkan wahyu melalui mimpi bahwa ia
diperintah Allah untuk menyembelih Ismail. Ya, Ismail harus dikorbankan sebagai
bukti tunduk patuhnya Ibrahim kepada
Tuhannya.
Begitu
terbangun ia berdebar-debar. Ujian kali ini benar-benar berat. Ia begitu menyayangi Ismail, tapi Tuhan
menghendaki anak yang dicintainya itu dikorabankan sebagai bukti tunduk patuhnya
Ibrahim kepada Tuhannya.
Betapa berat
cobaan ini. Lama ia mendambakan ana sebagai penerus generasinya , Ismail adalah
anaknya yang pertama, sebelumnya dari perkawinan dengan Sarah ia belum
dikaruniai anak walau usianya sudah sangat lanjut. Kini setelah mendapatkan
anak itu harus di korbankan.
Agak ragu,
namun akhirnya ia menguatkan hati demi
rasa cintanya yang lebih besar kepada
Tuhan. Ia beritahukan mimpinya itu kepada Ismail.
“wahai
anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah
bagaimana pendapatmu!”
Nabi Ismail
menjawab, “”wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan [Allah] kepadamu;
insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Maka ketika
keduanya telah berserah diridan Ibrahim membaringkan Ismail di aytas
pelipisnyauntuk melaksanakan perintah Allah. Lalu kemudian Allah berfirman “wahai
Ibrahim!, sungguh Engkau telah membenarkan mimpi itu” , sungguh demikian kami
memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini
benar-benar ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan
yang besar.”
Dikisahkan
betapa iblis berusaha untuk merintagi perintah Allah kepada Ibrahim. Ibrahim,
hajar dan ismail berkali-kali dibujuk agar tidak mau melaksanakan perintah itu.
Namun ketiganya tetap melaksanakan perintah Allah. Godaan iblis yang demikian
dahsyat tak mampu meruntuhkan iman mereka.
Peristiwa
itu terjadi pada tanggal 10 Dzulhijja di Mina. Hingga sekarang dirayakan umat
Islam sebagai hari raya Idul Adha. Umat Islam yang melaksankan ibadah haji juga
melakukan kurban di Mina sebagai penghormatan atas nabi Ibrahim.
Khitan
Ketika Nabi
Ibrahim berumur 90 tahun dan Ismail berumur 13 tahun, beliau mendapat perintah
Allah untuk melakukan khitan atau sunat.
Khitan ini
terus dilakukan oleh nabi-nabi sesudahnya, termasuk ajaran Nabi Isa dan Nabi
Muhammad saw. Dengan khitan terhindarlah seseorang dari penyakit kelamin dan
menambah nikmat hubungan suami isteri.
Konon,
karena usianya yang sudah lanjut maka khitannya nabi Ibrahim dilakukan dengan
kampak.
Nabi Ibrahim
disebut Khalilullah, beliau menaruh perhatian besar terhadap kaum fakir miskin.
Beliau suka makan bersama-sama. Jika beliau hendak makan maka beliau berjalan
berkilo-kilo meter untuk mencari oranguntuk diajak akan bersama. Memang makan
bersama bias menimbulkan berkah.
Petunjuk dalam memilih istri
Semaki hari
semakin banyak orang yang menetap di
sekitar sumur zam-zam. Umur ismail semakin bertambah. Sesudah tiba
saatnya ia dikawinkan dengan wanita Jurhum.
Pada suatu
hari Ibrahim mengunjungi rumah Ismail. Pada waktu itu Ismail sedang bepergian
keluar rumah . hanya isterinya yang ada di rumah.
“dimana
Ismail?” Tanya Ibrahim
“Ismail
sedang keluar untuk berburu, “jawab istri Ismail. “bagaimana keadaan rumah ini?
Tanya Ibrahim lagi.
“aduh,”
keluh wanita itu, “rumah ini dalam keadaan kesulitan dan kesempitan.”
Wanita kemudian
menceritakan keburukan dan kekurangan Ismail.
“apakah kamu
mempunyai jamuan?” Tanya Ibrahim.
“Aku tidak
punya makanan dan minuman, aku tidak punya apa-apa.” Jawabwanita itu.
Betapa
kecewa Ibrahim melihat penampilan istri anaknya itu. Wanita itu tidak
menghormati suaminya dengan menceritakan kekurangan suaminya sendiri tanpa
tersisa
Sebelum
pamit Ibrahm berpesan kepada wanita itu, “katakana kepada suamimu bahwa ambang
pintu sebelah kiri cepat diganti.”
Ketika
Ismail datang diceritakan semua yang terjadi kepada suaminya, juga wasiat
ayahnya.
Ismail
mengangguk, kemudin berkata kepada istrinya, “maksud ayahku, aku harus
menceraikanmu. Kamu harus pulang ke rumah keluargamu.”
Sesudah
bercerai dengan wanita itu Ismail kawin lagi dengan wanita lain. Kali ini
istrinya berbudi mulia, mukanya selalu manis dan ramah.
Ketika
Ibrahim datang disambutnya dengan ramah tamah dan tidak menceritakan kejelekan
serta kekurangan Ismail. Sebelum pergi Ibrahim berpesan kepada menantunya itu,
“katakanlah kepada suamimu, “Ambang pintu jangan diganti.”
Bahasa
isyarat itu cepat dimengerti oleh Ismail. Kali ini ayahnya menyetujui
perkawinannya. Istrinya kali ini adalah pilihan yang tepat.
Ismail hidup
berbahagia dengan istrinya itu. Ia mempunyai beberapa keturunan. Dari keturunannya
inilah akan lahir seorang nabi penutup, yaitu Muhammad [SAW].
Mendirikan Ka’bah
Pada suatu
harinabiIbrahim mendapatperintah untuk mendirikan Ka’bah di dekat telaga
zam-zam. Diberitahukan hal itu kepada Ismail. Maka keduanya sepakat untuk
membangun rumah Allah yang akan dipergunakan untuk beribadah
Mereka
membangun ka’bah tersebut dengan tangan-tangan mereka sendiri. Diangkutnya batu
dan asir serta bahan-bahan lainnya dengan tenaga yang ada padanya.
Setiap usia
bekerja mereka berdoa kepada Allah, “Ya, Allah terimalah persembahan kami ini.
Engkau maha mendengar dan Maha mengetahui. Wahai tUhan kami jadikanlah kami
berdua orang yang tunduk dan patuh kepada Engkau, begitu pula anak dan
keturunan kami semua menjadi umat yang tunduk dan patuh, tunjukkanlah kepada
kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah kami, dan terimalah taubat kami.
Sesungguhnya Engkaulah yang maha penerima taubat lagi maha penyayang.”
Pada saat
membangun rumah suci itu, Ibrahim dan Ismail meletakkan sebuah batu besar
berwarna hitam mengkilat. Dan sebelum meletakkannya batu itu diciumnya sambil
mengelilingi bangunan Ka’bah. Batu tersebut sampai sekarang masih ada dan di
namakan Hajar Aswad.
Setelah
bangunan itu selesai, Allah mengajarkan kepada Ibrahim danIsmail tata cara
beribadah menyembah Allah.
Tata cara
ibadah yang diajarkan kepada Ibrahim dan Ismail inilah yang juga akan diajarkan
kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul yang akan datang hingga Nabi Muhammad [saw].
Kisah Nabi Ismail as.
Reviewed by Unknown
on
9:24 PM
Rating:
No comments